Senin, 16 Maret 2009

Ceritaku Yang Lain

Aku bisa dibilang keranjingan sex sejak melakukannya dengan Mas Syam.
Aku mau sharig tentang ceritaku yang lainnya. Saat aku duduk di bangku SMA.

Aku punya Guru Fisika. Namanya Bapak Edo.
Bapak Edo ini berasal dari timika Papua. Tapi termasuk Papua yang ganteng.
Orangnya tinggi dan kekar. Garis mukanya jantan sekali menunjukan ia dari sebelah timur Indonesia. Bapak Edo belum punya istri lagi. Aku suka sekali sama Bapak Edo ini dan terus terang aku suka membayangkan bercinta dengannya.

Pada awal cawu 3, aku dan teman-teman mulau digeber untuk menghadapi EBTA-EBTANAS. Aku mendapat ide cemerlang untuk membuat hayalanku dengan Pak Edo jadi kenyataan. Aku menghampiri Pak Edo, aku meminta Pak Edo mengajar privat untukku. Pak Edo mau mengajari aku dan mau menerima aku menjadi murid privatnya. Aku meminta Pak Edo untuk mengajarku setiap hari jumat dan sabtu, karena jumat sabtu sekolahku pulang lebih pagi dibanding hari sekolah lainnya. Aku minta di ajari dikontrakannya, dengan alasan rumahku rame karena Mamaku buka katering dan Pak edo menyetujuinya.

Hari pertama les Privat aku merasa deg-degan. Aku memakai baju lengan buntung warna putih dan BH warna hitam. Kontras banget kan. Bawahannya kupakai rok semi mini warna merah jambu. Gilanya aku pakai G-string.
Aku diantar Pak Yanto supirnya Mama ke rumah kontrakan Pak Edo. Aku minta di drop jam 3 sore.

Tok… tok… tok… Akhirnya pintu di buka dan kulihat Pak Edo keluar.
Pak Edo memakai celana panjang yang tadi dipakai ke sekolah dengan atasan kaos biasa yang sudah agak lusuh dan tipis. Duh bikin aku deg - degan aja.
“Sore Pak… Sudah siap tempur??? hehehe… Aku bawa cemilan sedikit biar belajarnya ga bt bt amat.”
Pak Edo menatapku dari dari bawah keatas dan kembali kebawah.
“Oh ya… ya… Masuk dulu Van. Duh dimana ya belajarnya. hmmm…”
“Dikamar bapak aja, biar ga enak… gimana?”
Pak Edo melihatku dengan bingung namun entah kenapa menyetujui saja.
Kamarnya rapih dan ada menja juga kursi yang diatasnya ada susunan buku yang rapih.

“Kamu duduk dikursi itu aja dulu. Bapak cuci muka dulu sma mau ambil kursi lagi.”
Aku masuk kekamarnya Pak Edo dan duduk di kursi yang ditunjuk Pak Edo tadi.
“Oke, kita mulai dari mana yah… hmmm… kamu ga bisa yang mana sih Van? Ni minum kamu, sama piring buat cemilanmu itu hehehe…”
“Ampir semuanya saya ga ngerti Pak… Maklum nih otaknya karatan kali hehehe…”
“Bisa aja kamu Van.” Pak Edo mulai menjelaskan rangkaian kalimat yang sama sekali ga aku ngerti.
“Nah ni soalnya kamu coba kerjain.” Pak Edo ngasi soal yang ga bisa aku kerjain. Aku bengong liat soal itu abis itu aku melongo liat Pak Edo. ‘Orang ga nyimak tadi apa yang mau dikerjain?’ pikirku dalam hati.
“Kok kamu liatin saya Van? Bingung? tadi dengerin saya ga?” Kata Pak Edo lembut? Aku menggeleng manja ke Pak Edo. Lalu Pak Edo senyum membelai rambutku.”Makanya dengerin… Bapak ulang yah…”

“Pak aku numpang ke wc yah…Mau pipis nih hehehe…” Aku berjalan keluar kamar Pak edo mencari kamar mandi. Karena wcnya wc jongkok aku jadi haru mengangkat tinggi tanganku untuk mengambil air. Tanganku kepleset dan gayung beserta isinya tepat jatu di setengah muka dan pundak. So bajuku basah deh… BHnya keliatan jelas deh. Suasana mendukung banget deh…
“Kamu ga apa - apa van? Berantem sama siapa dikamar mandi?”
Mungkin Pak edo mendengar gayung jatoh kali yah…

“Pak tadi ketumpahan air nih Pak… Baju saya jadi bsah deh.”
“Duh ntar kamu masuk angin lagi. Kok bisa? ga hati2 sih…”
Aku buka pintu kamar mandi dan kudapati Pak Edo berdiri di depan pintu kamar mandi. Pak Edo bongong liat bajuku basah dan melihat BHku yang nembus pandang itu.
“Ganti kaos bapak dulu deh.” Lalu aku mengikuti Pak Edo Kekamarnya.
“Kamu gantu dulu yah, Bapak diluar. Kalau sudah panggil Bapak.”
Setelah ganti baju aku panggil Pak Edo.
“Ini di jemur dimana pak?” Aku sodori baju dan BHku.
“Kok ini dicopot juga?”
“Kan Basah Pak? Nanti saya masuk angin lagi. hehehe” Aku tersenyum nakal.
Pak Edo meletak kan Kaosku dan BHku di atas kipas angin dikamarnya.

Aku duduk diatas kasur Pak Edo. “Pak aku capek neh, rebahan sebentar yah.” Lalu aku berbaring kaki kananku aku angkat membentuk siku. Sehingga rokku tersingkap sedikit. Paak Edo membalik badannya mengarah ke arah ku. Lalu Pak Edo berjalan menuju kearahku. Lalu Pak Edo duduk dipinggir kasur. Pak Edo seperti mendapatkan kesempatan, ia mengelus kakiku sampai ke paha bagian dalam.

“Kulitmu mulus ya Van…” Gotcha… kena kan Pak Edo. Lalu aku bangun dan duduk berhadapan dengan Pak Edo. “Berotot yah ternyata. Vania suka Pak.”
Lalu Pak Edo membelai wajahku, aku semakin mendekati wajahku dengan wajah Pak Edo. “Boleh saya cium mkamu van?” Aku mengangguk, lalu Pak Edo mencium bibirku dan bibir kamipun saling bertautan aku mainkan lidahku dan dibalas oleh Pak Edo. Lalu Pak Edo menciumi leherku, birahiku semakin tinggi. Tangan kanan Pak Edo mulai meremas-remas toketku yang sebelah kanan, dan mulutnya mengisap toketku yang sebelah kiri. Pak Edo membuka bajunya dan merobek kaos butut yang kupakai itu. Lalu aku didorong sampai telentang.

“Pak, buka dong celananya.” Pintaku sudah ga sabar pengen liat senjatanya.
“Jangan panggil Pak dong Van, Panggil Abang aja. Kamu ga sabar ya mau lihat punya saya?” Kata Pak Edo genit.
“Saya buka punyamu dulu ya Van.” Lalu di bukanya rok miniku juga celana dalamku. tanpa kusadari kami berdua sudah telanjang tanpa sehelai benangpun. Titit Edo ternyata besar dan beruurat.

Edo, mulai menciumi memekku yang sudah basah dari tadi. Tanganya terus menggerayangitoketku. Edo, memutar badannya sampai senjatanya alias tititnya mengarah kewajahku. Kami melakukan posisi 69. Ternyata guru Fisikaku ini ganas bukan main, memekku di jilat di sodok-sodok dengan lidah dan klitorisku digigit- gigit. Aku tak kalah heboh, aku jilati ujung titit Edo, sambil memainkan bola pingpongnya. kukulum-kulum dan kuhisap bola pingpongnya.
Setelah Puas makan memek, Edo balik badan dan menyuruhku duduk menyender tembok setengah tidur dan ia mengganjal tubuhku dengan bantal.

Ia buka lebar kakiku dan mulai menusukkan jarinya kedalam memekku. Pertama dengan satu jari tengah lalu ditambah dengan telunjuknya. Mmmmmhhhh… sshhhh… desahanku mendambah gairah Edo. Lalu dia mengarahkan tititnya keliang surga itu. Edo mulai menggenjot seperti pompa.
“Mmmmmhhhhhh… Banghhhh… mmmhhhhh…”
“Van… nungging” Badanku dibalikan sehingga membentuk digi style.
Edo menancapkan tititnya di memekku lagi. Sambil memainkan toketku, ia terus menggennjot. Genjotannya semakin cepat dan toketku diremas semakin keras…
Pentil toketku ditarik-tarik sambil terus menggenjot aku.
“Mmmmhhhhhaaa……. Baaaannghhhhhh….” Aku menikmati permainnannya.
Lalu aku dibalikan lagi dan kakiku di angkat kepundaknya, digenjot lagi…
Genjotannya semakin cepat dan akhrinya cairan putih itu menyembur kedalam memekku.

“Mmmmhhhhh… Abang… enak banget Bang…” Lalu Edo menjatuhkan tubuhnya diatasku. Dia memelukku yang sedang lemas tanpa busana. Dia biarkan senjatanya didalam memekku katanya hangat.

“Van, belajar Fisikanya jadi seru yah???” Edo membelai rambutku dan mencium keningku.
“Iya Bang… seru banget… Cium lagi dong Bang.” Aku suka sensasi saat kumisnya menyentuh bibirku geli geli gimana gitu.

Akhrinya kami mandi berdua, dan melakukan sekali lagi di kamar mandi. Setelah selesai mandi aku pakai baju dan kami keluar pergi cari makan.
Setelah selesai makan kami kembali kekontrakan Edo, dan menunggu dijemput.
“Besokmain lagi ga Say? Aku masih belum puas nih…” Tanya Edo.
“Boleh… oyah, selama catur wulan terakhir ini. Kamu milik aku ya Bang. jangan main sama cewek lain.”
“Oke, sapa takut, kamu juga jangan main sama cowok lain ya. (sambil mencubit toketku) karena memekmu ini punya aku.”
Terdengar suara mobil tanda aku harus pulang.
“aku pulang ya Bang… ” Kami berciuman sebelum aku keluar dari rumah kontrakan Bang Edo.

Sejak hari itu, aku dan Edo selalu ngewe seminggu 2 kali. Kadang2 setelah pulang sekolah aku main kekontrakannya. Setelah aku lulus aku kuliah di Bandung dan tiap pulang ke Jakarta aku suka sempetin main ke tempat Edo dan mengenang kisah kami.

Pertengahan kuliahku kudengar Edo menikah dan kami tidak pernah ketemu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar